Selasa, 31 Julai 2007

~Konsep Islam tentang Wanita~

Wanita merupakan salah satu kelompok dari makhluk Allah SWT yang paling banyak mendapat sorotan dan perhatian. Karena itu, banyak sekali buku yang telah ditulis oleh para ulama tentang wanita, bahkan di dalam Alquran ada satu surat yang dinamai dengan An-Nisa yang artinya wanita.

Disamping itu, kita juga mengenal adanya gerakan wanita yang memperjuangkan hak-hak wanita, emansipasi wanita, atau disebut juga pada masa sekarang dengan kesetaraan gender.

Oleh karena itu, menjadi amat penting bagi kita, apalagi para muballig untuk memahami bagaimana konsep Islam tentang wanita agar kita tidak salah paham terhadap wanita serta tidak bingung dengan sepak terjang gerakan perjuangan emansipasi wanita. Dr. Yusuf Qarhawi dalam pengantar buku Qadhaya al-Mar'ah yang ditulis oleh Syekh Muhammad al-Ghazali menyatakan, "Ada dua macam tradisi yang menyelusup ke dalam Islam.

Pertama, tradisi yang diwariskan sejak masa kemunduran peradaban Islam, saat ajaran-ajaran yang benar yang dibawa Nabi saw telah tersembunyi dan digantikan oleh tradisi yang dibuat oleh pikiran dan nafsu manusia. Kedua, tradisi yang datang bersamaan dengan pergumulan pemikiran dan penjajahan peradaban. Tradisi ini merupakan tradisi yang berbeda dengan tradisi yang saat ini sedang berkuasa. Yang pertama bermaksud memenjarakan, dan yang kedua ingin menelanjanginya. Keduanya sangat bertentangan dengan fitrah dan wahyu."

Ada beberapa konsep yang perlu kita pahami di dalam Islam tentang wanita sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah, salah satunya adalah kesamaan di mata Allah antara laki-laki dengan wanita.

1. Kesamaan dalam Taqwa Perbedaan laki-laki dan wanita bukanlah suatu halangan bagi manusia untuk mencapai ketakwaan kepada Allah SWT, karena Allah akan memuliakan siapa saja yang bertakwa kepada-Nya, baik dari kalangan laki-laki maupun wanita serta dari berbagai suku. Allah SWT berfirman yang artinya, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (49: 13). Meskipun demikian, aplikasi ketakwaan antara laki-laki dengan wanita bisa saja berbeda, karena tugas dan fungsinya yang berbeda, misalnya saja dalam masalah keluarga, laki-laki yang berkewajiban memberi nafkah, sedangkan wanita yang menerima dan memanfaatkan nafkah itu dengan sebaik-baiknya. Pembagian tugas semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, karena memang harus ada pembagian tugas.

2. Kesamaan dalam Amal Iman dan amal saleh merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Iman harus dibuktikan dengan amal yang saleh dan amal saleh harus dilandasi pada iman. Oleh karena itu, siapa saja yang menunjukkan imannya dalam bentuk amal yang saleh, maka Allah SWT akan memberikan balasan berupa kehidupan yang baik. Allah berfirman yang artinya, "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (16: 97). Oleh karena itu, tidak ada satu pun orang yang disia-siakan amalnya, dalam arti ada nilainya dihadapan Allah SWT.

Ini berarti laki-laki yang beramal saleh akan mendapatkan pahala dan wanita yang beramal saleh akan mendapatkan pahala, karena dalam beramal saleh itu, laki-laki dengan wanita justru saling saling menolong. "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan (karena) sebagian kamu adalah penolong bagi sebagian yang lain." (3: 195, lihat juga QS 40: 40; 4: 124).

3. Kesamaan dalam Ibadah, Akhlak, dan Sosial Kesamaan laki-laki dengan wanita juga bisa diwujudkan dalam ibadah, akhlak, dan sosial, meskipun berbeda secara teknis. Karena, Allah SWT telah menentukan kesamaan, maka wanita juga akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar seperti yang didapat oleh laki-laki, hal ini difirmankan oleh Allah yang artinya, "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (33: 35).

4. Kesamaan dalam Dakwah dan Ketaatan Dakwah merupakan tugas yang sangat mulia, karena hal ini merupakan kelanjutkan dari tugas para rasul. Itu sebabnya, tugas ini harus diemban oleh kaum muslimin, baik laki-laki maupun wanita sebagai salah satu wujud dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.

Manakala hal ini sudah dilaksanakan dengan baik, hal ini menjadi salah satu kunci untuk memperoleh rahmat Allah SWT. "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasu-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (9: 71).

5. Kesamaan dalam Dosa dan Pahala Dosa dan pahala merupakan sesuatu yang didapat oleh masing-masing orang berdasarkan amal yang dilakukannya. Karena itu, seseorang tidak bisa menanggung dosa orang lain atau orang lain yang beramal, tetapi kita yang mendapatkan pahalanya. Dalam masalah dosa dan pahala, laki-laki dan wanita akan mendapatkannya, karenanya tidak mungkin kita menganggap dosa kita ditanggung oleh seorang wanita atau mengatakan "gara-gara wanita saya menjadi berdosa". "(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab.

Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat perlindungan dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk syurga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun." (4: 123 -- 124).

6. Kesamaan dalam Ilmu Memiliki ilmu yang banyak merupakan keharusan bagi setiap manusia, dengan ilmu yang banyak, manusia bisa banyak beramal saleh yang didasari ilmu, bukan semata-mata ikut-ikutan. Kewajiban menuntut ilmu bagi wanita sebagaimana laki-laki dikemukakan dalam satu hadits yang artinya, "Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim (laki-laki maupun perempuan)." (HR Ibnu Majah).

Oleh karena itu, manakala laki-laki memiliki hak yang besar untuk memperoleh ilmu, maka wanita juga harus memperoleh kesempatan yang sama. Hak-Hak Wanita Disamping adanya berbagai kesamaan kedudukan antara pria dengan wanita, secara khusus terdapat hak-hak wanita yang tidak bisa diganggu gugat, termasuk oleh laki-laki.

1. Memiliki Harta Wanita berhak atas harta yang dimilikinya, baik pemberian orang lain maupun atas usahanya sendiri. Karena itu, manakala wanita telah memiliki suami, suami tetap berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya meskipun sang isteri memiliki harta yang banyak. Karena, wanita berhak atas harta yang dimilikinya, maka bila dia meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan, maka harta warisan itu dibagi menurut ketentuannya, dan suami merupakan di antara yang berhak atas harta warisan itu. Demikian pula sebaliknya, bila suami meninggal dunia, maka isteri berhak atas harta warisan dari harta yang ditinggalkan oleh suaminya.

2. Memilih Jodoh Wanita juga berhak untuk memilih jodoh dalam arti menerima atau menolak lamaran, ini berarti orang tua tidak bisa sembarangan menerima lamaran dari seorang laki-laki meskipun dia menyenanginya. Orang tua harus meminta persetujuan dari anak perempuannya untuk menerima atau menolak lamaran. Rasulullah saw bersabda, "Seorang janda tidak boleh dinikahi hingga diajak musyawarah dan bila seorang gadis tidak boleh dinikahi hingga ia mengizinkan (persetujuan) nya dan tanda persetujuan seorang gadis adalah diam (ketika ditanya)." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Bahkan dalam kaitan ini, wanita boleh saja menawarkan dirinya untuk dinikahi kepada seorang laki-laki yang saleh, dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari, dikisahkan bahwa Tsabit al-Bannani berkata, "Pada suatu hari aku duduk di dekat Anas ra. Di sampingnya ada puterinya. Lalu Anas berkata, 'Seorang wanita datang kepada Rasulullah saw untuk menawarkan dirinya kepada beliau. Wanita itu berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau berminat kepadaku?'. Lalu puteri Anas menimpali, 'Alangkah sedikitnya rasa malu perempuan itu, betul-betul buruk, betul-betul buruk'. Anas berkata, 'Dia lebih baik daripadamu. Dia senang kepada Nabi saw, lalu dia menawarkan dirinya kepada beliau'."

3. Meminta Mahar Dalam perkawinan, wanita dibolehkan menentukan atau memintakan mahar yang disukainya selama hal itu tidak memberatkan, dalam arti sesuai dengan kemampuan calon suaminya. Diriwayatkan dari Amir bin Rabi'ah bahwa seorang wanita dari Bani Fazarah kawin dengan mahar sepasang sandal. Lalu Rasulullah saw bertanya, "Apakah engkau rela dari diri dan hartamu dengan sepasang sandal?". Perempuan itu menjawab, "Ya", lalu Rasulullah saw membolehkannya." (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

4. Menuntut Cerai Manakala seorang wanita tidak menyukai istrinya dengan sebab suaminya telah bertindak yang menyalahi ketentuan Islam dalam kehidupan pribadi dan keluarga muslim, maka seorang istri boleh saja menuntut cerai dari suaminya bila hal itu dianggap dan diyakini sebagai jalan yang terbaik untuk menghindari masalah negatif yang lebih besar, namun bila istri minta cerai tanpa alasan yang bisa dibenarkan, maka hal itu termasuk perkara yang tidak dibolehkan di dalam Islam. Rasulullah saw bersabda, "Janganlah seorang isteri minta cerai dari suaminya tanpa alasan (sebab yang bisa dibenarkan), niscaya dia tidak akan mencium baunya surga yang baunya dapat dirasakan pada jarak tempuh empat puluh tahun." (HR Ibnu Majah).

5. Mencari Uang Sebagaimana laki-laki, wanita juga dibolehkan atau punya hak untuk mencari uang yang tidak terlalu mengganggu kewajibannya sebagai isteri dan ibu, apalagi bila wanita itu memiliki ilmu yang kemanfaatannya sangat diperlukan masyarakat, seperti kedokteran, kebidanan, dan sebagainya. Dengan uang itu, wanita punya hak untuk membelanjakannya: zakat, infak, dan bershadaqah. Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (4: 32).

6. Menghindari Pertemuan Umum Untuk mendapatkan manfaat yang besar, para wanita juga berhak untuk menghadiri pertemuan yang bersifat umum seperti menghadiri majelis taklim, mengikuti salat berjamaah di masjid meskipun wanita lebih baik salat di rumah dan sebagainya dengan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku, dalam satu hadis Rasulullah saw bersabda, "Apabila seorang isteri minta izin suaminya untuk pergi ke masjid, maka janganlah suami melarangnya." (HR Bukhari).

Dari uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa pada dasarnya laki-laki dan wanita di mata Allah SWT memiliki kedudukan yang sama, karena itu meskipun apa yang dilakukan laki-laki berbeda dengan apa yang dilakukan oleh wanita, tetapi wanita akan memiliki nilai yang sama seperti yang dilakukan laki-laki. Wanita yang menunaikan haji dan umrah akan mendapatkan nilai sebagaimana nilai laki-laki yang berperang di jalan Allah, karena bagi wanita tidak ada keharusan untuk ikut serta dalam kecamuk perang sebagaimana keharusan itu pada laki-laki. Demikian beberapa penjelasan umum tentang pandangan Islam terhadap wanita, suatu pandangan yang begitu memuliakan wanita dalam kehidupannya di dunia ini.

~Sifat-sifat wanita ahli syurga~

Siapakah wanita yang menjadi ahli Syurga? Apakah ciri-ciri atau sifat-sifat yang menjadi kunci bagi wanita memasuki syurga?

Sebuah hadis Nabi menyatakan: Daripada Anas, Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: "Apabila seorang perempuan mendirikan sembahyang lima waktu, berpuasa sebulan (Ramadhan), menjaga kehormatan dan taat kepada suami, dia akan disuruh memasuki syurga melalui mana-mana pintu yang dia sukai." (Hadis Riwayat Ahmad)

Menurut hadis di atas sekurang-kurangnya ia telah menggariskan empat dasar atau sifat utama yang menjadi teras bagi seorang wanita muslimah memasuki syurga, iaitu menunaikan kewajipannya kepada Allah dalam makna melaksanakan ibadah-ibadah yang diwajibkan ke atasnya seperti sembahyang, puasa, dan lain-lain ibadah wajib yang mampu dilaksanakan.
Sebuah hadis menyebutkan bahawa sembahyang adalah perkara pertama yang akan disoal di hari Kiamat.


Daripada Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, Nabi Sallallahu Alahi Wasallam bersabda: "Sesungguhnya perkara yang pertama sekali dikira dari amalan hamba di hari kiamat ialah sembahyang; sekiranya sembahyang itu sempurna, maka beruntung dan berjayalah dia, dan sekiranya ia rosak, maka kecewa dan rugilah dia, kalau kewajipan fardhu masih kurang, Allah berfirman: Lihatlah adakah amalan-amalan sunat untuk menyempurnakan kekurangan tersebut. Demikianlah seterusnya dengan amalan yang lain" (Hadis riwayat at-Tirmizi)
Disamping menunaikan kewajipan kepada Allah, menunaikan hak dan kewajipan kepada suami juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan oleh seorang wanita.


Tertunainya hak dan tanggungjawab suami barulah akan turun keredhaan dan rahmat Allah kepadanya. Menjaga kehormatan diri juga merupakan hal yang digariskan oleh hadis di atas. Antara hal-hal yang boleh diketegorikan dalam konteks menjaga kehormatan itu ialah mempunyai sifat pemalu, jika suaminya keluar dia akan menguruskan dan menjaga dirinya dan harta suaminya dengan amanah. Bila suaminya datang kepadanya dia akan menjaga mulut daripada menyebutkan perkataan yang tidak elok didengar.

Sebuah hadis Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam menyatakan bahawa: "Sesungguhnya sopan santun dan keimanan adalah saling berkaitan, jika salah satunya dikeluarkan, yang satu lagi juga akan hilang serentak." (Hadis Riwayat Baihaqi)

Maksud hadis ini ialah jika kesopanan atau sifat malu sudah hilang, iman juga akan hilang bersama-samanya. Betapa besarnya pengaruh antara kesopanan dan keimanan kepada diri seorang wanita itu, Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam menegaskan dengan sabda baginda: "Apabila sesesorang itu terlibat dengan penzinaan, ia bukan lagi seorang beriman, apabila seseorang itu mencuri ia bukan lagi seorang beriman, apabila seseorang itu meminum arak ia bukan lagi seorang beriman, apabila seseorang itu menyelewing setelah diberi amanah oleh orang lain ia bukan lagi seorang beriman, dan apabila seseorang diantara kamu menipu ia bukan lagi seorang beriman, oleh itu berjaga-jagalah!"

Taat kepada suami merupakan satu lagi sifat wanita yang digambarkan oleh hadis yang dipaparkan di awal makalah ini. Taat kepada suami adalah tanggungjawab isteri yang wajib di sempurnakan. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam Bazzar Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Kamu sampaikan kepada perempuan yang kamu jumpa, bahawa taat kepada suami, dan mengakui hak-hak suami, sama pahalanya dengan berperang dan bertempur dengan musuh-musuh Islam di medan pertempuran, tetapi sedikit sangat daripada isteri-isteri yang menyempurnakan hak-hak suami mereka." (Hadis riwayat Al Imam Bazzar)
Isteri adalah pusat dan sumber kebahagiaan dan ketenteraman di dalam sebuah rumahtangga. Ia perlu mempunyai sifat-sifat sabar dan perhatian yang sepenuhnya kepada suami dan juga anak-anak.


Sikap inilah yang boleh mewujudkan suasana yang tenang, aman dan damai dalam rumahtangga. Dalam hal ini, para isteri sayugialah akan sentiasa bersikap baik kepada suami.
Saidina Abu Bakar Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahawa Rasullullah Sallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda: "Seorang wanita yang menyakiti hati suami dengan lidahnya, dia mendatangkan celaan dan kemurkaan Allah, para malaikat dan umat manusia."
Selain itu, Saidina Ali Radhiallahu Anhu meriwayatkan sebuah hadis mengenai setiap isteri yang tidak menghormati status suaminya. "Wanita yang berkata kepada suaminya yang tidak melihat apa-apa kebaikan pada suaminya, Allah menghapuskan segala perbuatan baiknya selama 70 tahun, walaupun dia berpuasa selama itu siang hari dan bersembahyang pada malamnya." (Hadis Riwayat Imam Majah dan An-Nasai)

Berdasarkan huraian ringkas di atas, para wanita semestinyalah mengamalkan sikap taat dan bertakwa kepada Allah, bertanggungjawab kepada suami dan menjaga kehormatan dirinya. Semoga dengan itu, akan mudahlah mereka mendapat rahmat dan keredhaan Allah. Rahmat dan redha Allah itulah yang akan menjamin kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat.

Sabtu, 28 Julai 2007

DECISION SUPPORT SYSTEM (TID6013) - MSc in ICT

















Group discussion

















Tn Mashdik mencari ideo

















Prepare untuk presentation.... en azahari dan mr dev..

















quiz individu beb....mana boleh discuss...


















mr chong... ready untuk presentation...

Jumaat, 27 Julai 2007

Kenangan Silam : Dari Negeri Tok Kenali Menjadi Negeri Nik Aziz



Respon @ Ulasan Oleh: Hj Subky Latiff
[http://detik.daily.
tripod.com/Mei/
t12mei.htm]
Diterbitkan semula Oleh : Tun Telanai

Assalamu’alaikum wm.wrt,

Sentuhan pena Hj Subky Latiff cukup memukau. Bidasannya tajam dan menyengat. Tulisannya dinanti saban minggu dalam akhbar Siasah. Suatu yang menarik dalam penulisan politik popular Subky adalah jangkaannya yang mengena. Tulisan di bawah ini dihasilkan pada September 1983, namun ia cukup relevan untuk direnung semula dalam konteks kini, ketika UMNO berhempas pulas untuk menawan semula Kelantan pada pilihanraya umum ke-12.Apakah rakyat Kelantan sanggop mendakap UMNO semula dan membiarkan para pemimpinnya melahap khazanah rakyat? Jawapannya ada ditangan rakyat Kelantan sendiri.

Orang-orang Kelantan pada umumnya adalah bangga dengan perjuangan tokoh-tokoh besar Tok Janggut dan Tok Kenali. Sehingga ini anak-anak Kelantan di luar negeri bila ditanya mereka dari mana, mereka kerap mengenalkan diri mereka dari 'negeri Tok Janggut' atau 'negeri Tok Kenali' atau kedua-duanya sekali.

Walaupun Kelantan juga pernah melahirkan cerdik pandai seperti Tengku Hamzah dan Tan Sri Nik Ahmad Kamil dan mereka pernah menjadi pembesar yang dihormati di seluruh negara, tetapi tidak pernah kita mendengar anak-anak Kelantan di luar negeri berkata bahawa mereka datang dari negeri Tengku Hamzah atau Tan Sri Nik Ahmad Kamil.

Orang-orang Kelantan mempunyai sebab untuk berbangga dengan perjuangan Tok Janggut dan Tok Kenali, kerana mereka berjasa menentang kedatangan penjajah dan meletakkan asas masyarakat Islam bagi negeri Kelantan.

Saya berbangga jadi orang Melayu, kalau orang Melayu itu adalah orang Melayu seperti Tok Janggut dan orang Melayu seperti Tok Kenali.

Kedua-dua tokoh itu bersama-sama ramai lagi tokoh lain para ulamak dari Kelantan, telah berjaya meletakkan peta negeri Kelantan begitu istimewa di seluruh Tanah Melayu dan Nusantara. Kelantan telah menjadi tumpuan bagi para pelajar agama untuk melanjutkan pelajaran dalam kurun ke-19 dan separuh dari kurun ke-20 ini.

Kebanyakan pelajar dari Semenanjung, sebahagian dari pelajar di Sumatera, Tanah Jawa dan Kalimantan bercita-cita untuk melanjutkan pelajaran ke Kelantan sebelum berangkat ke Makkah. Syeikh Idris Al-Marbawi, pengarang kamus Marbawi - kamus Melayu-Arab - yang belum ada tandingannya di Nusantara telah belajar di Kelantan sebelum berangkat ke Mesir.

Ibu bapa pula yang berazam untuk melihat anaknya jadi orang alim, bercita-cita untuk menghantar anak mereka belajar ke Kelantan. Sesudah itu barulah anak itu dihantar ke Makkah, Madinah atau Mesir.

Asas yang ditegakkan oleh Tok Janggut dan Tok Kenali dan lain-lain ulama Kelantan itu banyak membantu penduduk Semenanjung kekal menjadi orang Islam dan agama Islam terpelihara di negara ini. Pada hal kedatangan penjajah Barat - Peringgi , Sepanyol, Belanda dan akhirnya Inggeris - adalah untuk memburu orang-orang Islam.

Peringgi dan Sepanyol datang ke alam Melayu kerana mereka mendapat tahu bahawa penduduk di rantau ini terdiri dari orang-orang Islam. Pada sekitar kurun ke-14 itu mereka baru saja menumbangkan kerajaan Islam di Kardoba - negara Sepanyol dan Portugal sekarang.

Penganut agama Eropah yang sudah mengalahkan Islam itu memburu orang Islam di mana saja mereka dengar ada orang Islam. Atas visi inilah Peringgi atau Benggali Putih datang ke Melaka dan Sepanyol ke Filipina dan mereka diikuti oleh Belanda dan Inggeris.

Tujuan besar mereka adalah untuk menghapuskan Islam dan menggantikannya dengan agama orang Eropah.

Rombongan para padri Sepanyol sangat berjaya dengan tugasnya di Filipina hingga penganut Islam menjadi rakyat minoriti di negara itu sekarang. Ketika saya ke Filipina tahun 1970, saya sempat menyaksikan rakyat negara itu merayakan ulang tahun ke-400 Manila ditakluki oleh penjajah Barat. Mereka gembira merayakan ulang tahun mereka dijajah yang saya kira sepatutnya hari itu bukanlah hari yang patut digembirai.

Pengaruh agama Eropah itu juga berkembang dan begitu berpengaruh di bahagian-bahagian lain di Nusantara ini. Tetapi di Malaysia, orang Islam adalah bertuah, mereka masih kekal sebagai orang Islam dan bangga menjadi orang Islam.

Apa yang membantu orang Islam Malaysia boleh kekal dengan agama mereka ialah adanya asas-asas yang diletakkan oleh para ulamak yang membuka pondok-pondok di merata tempat khususnya di Kelantan, Kedah, Utara Perak dan Terengganu.

Ulamak-ulamak yang membuka pondok itu dikira kolot, ketinggalan zaman, antikemajuan, antipembangunan dan sebagainya, tetapi mengajar Islam kepada murid-murid mereka.

Mereka mengajar anak-anak Melayu tentang perjalanan bulan dan matahari hingga mereka tahu mengira bila anak bulan boleh kelihatan, bila bulan gerhana dan bila matahari gerhana.

Orang-orang inilah yang menjadi benteng mempertahankan orang Islam sekalipun Peringgi, Belanda, Inggeris saling bertukar tangan menjajahi Tanah Melayu. Berbagai-bagai cara diusahakan oleh penjajah, tetapi orang Islam yang patuh kepada pimpinan para Tok Guru iaitu para ulamak, menyebabkan orang Islam Tanah Melayu tidak jadi macam orang Filipina dan bahagian-bahagian lain di Nusantara.

Sesudah penjajah terpaksa pergi dan mereka gagal merobohkan pondok-pondok, Peringgi gagal menutup sekolah pondok, Belanda tidak dapat merobohkan sekolah pondok, Inggeris dan Jepun juga tidak berani menyentuh sekolah pondok, mereka pergi dan urusan pentadbiran negara diserahkan kepada anak negeri tahun 1957.

Pentadbiran anak negeri sendirilah yang memusnahkan asas yang ditegakkan oleh Tok Janggut dan Tok Kenali tadi. Sesudah itu Kelantan hingga hari ini tidak lagi menjadi tumpun para pelajar Islam.

Kelantan sudah tidak bermain kepala ibu bapa bila mereka mahu menjadikan anak-anak mereka orang alim. Tok Janggut masih dikenang dan Tok Kenali masih dikenang dan ada orang yang mengkaji sejarah mereka. Tetapi bukan mustahil orang mengenal mereka nanti sama dengan orang mengenal pencipta dikir barat. Memuja dan membanggakan Tok Janggut dan Tok Kenali adalah baik. Tetapi tanda menyanjungi mereka tidak memadai sekadar mengatakan 'aku datang dari negeri Tok Janggut' atau 'aku datang dari negeri Tok Kenali'.

Sanjungan yang paling bererti ialah dengan menyambung perjuangan mereka.Orang-orang Kelantan saja yang boleh menyambung perjuangan mereka. Kalau orang Kelantan mahu Kelantan menjadi tumpuan para pelajar Islam semula.


Masih ada di tengah-tengah Kelantan para ulamak yang boleh bergerak untuk menyambung asas yang diletakkan oleh Tok Kenali dulu. Dan asas itu sendiri agak kukuh dan orang Kelantan memang boleh buat. Kebetulan sekarang di tengah-tengah Kelantan ini dilahirkan seorang tokoh yang terkenal iaitu Nik Abdul Aziz bin Nik Mat, anggota Parlimen dari Pengkalan Chepa.

Beliau adalah Tuan Guru yang mendapat perhatian dan beliau sudah pun ditonjolkan sebagai pemimpin. Beliau tidak berhajat untuk menjadi pemimpin, tetapi bakat pimpinan yang ada padanya menyebabkan masyarakat Islam Kelantan mahukan pimpinannya.

Nik Aziz mungkin tak sehebat Tok Janggut dan Tok Kenali. Tetapi masa ini beliau mempunyai kedudukan yang boleh menggantikan Tok Janggut dan Tok Kenali bagi memimpin Kelantan kembali kepada peta lamanya di tanahair kita ini.

Dengan bantuan lain-lain ulamak di Kelantan dan di luar Kelantan, dengan sokongan rakyat Kelantan, Tok Guru Nik Abdul Aziz boleh menyambung perjuangan Tok Kenali bagi meletakkan asas yang kukuh bagi masyarakat Islam di negara ini.

Orang mungkin melihat kelemahannya, tetapi beliau adalah orang yang belum diberi peluang. Kini peluang mulai diberi dan dengan bantuan dan dengan pengalaman yang mulai diperolehi, masyarakat Islam Kelantan boleh kembali kuat di bawah pimpinan Nik Aziz.

Nik Aziz kini muncul di tengah-tengah masyarakat mulai berkehendakkan kepimpinan ulamak. Nik Aziz tidak pernah mengaku dia ulamak dan dia pun tidak pernah meminta dia dipilih menjadi ketua. Tetapi kerana dia adalah ulamak, tanpa dia memberitahu dia ulamak pun, orang tahu dia ulamak dan orang mahu dia memimpin.

Ada tanda-tanda bahawa zaman gemilang bagi Kelantan akan berulang semula. Zaman gemilang itu tidak bererti siang malam di pasang elektrik. Zaman gemilang ialah zaman ia menjadi perhatian semua bagi orang-orang untuk berlindung dan mendapatkan khidmatnya.

Ciri-ciri yang ada pada Nik Aziz, boleh menepati pimpinan yang dimulakan oleh Tok Janggut atau Tok Kenali. Dan bukan pula suatu yang mustahil selepas ini orang-orang Kelantan luat negeri mengenalkan dirinya sebagai 'orang negeri Nik Aziz'.

Kalau orang dulu boleh mengaku mereka datang dari 'negeri Tok Kenali' maka tentulah mereka boleh menyambung tradisi itu dengan mengaku mereka orang 'negeri Nik Aziz' .


Kerana orang Kelantan tak pernah mengaku datang dari 'negeri Tengku Hamzah' atau 'negeri Nik Ahmad Kamil', maka adalah janggal bagi mereka untuk menyebut 'kami datang dari negeri Tengku Razaleigh'. Tetapi tidak janggal menyebut 'negeri Nik Aziz'.

Rabu, 25 Julai 2007

SESIAPA NAK MEMBELI BUKU AGAMA TERKINI

Assalammualaikum semua...

Kalau ada yang berminat untuk membeli buku agama yang terkini dan terhangat di pasaran sila layari "webkedai.blogspot.com" untuk membuat tempahan.

Sekian terima kasih.

Isnin, 23 Julai 2007

Sheikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Part 3)

Siapakah Sheikh Muhammad Arsyad Al-Banjari ??

(17/3/1710 – 13/10/1812)

Syeikh Muhammad Arsyad al‑Banjari dilahirkan pada 15 Safar 1122 Hijrah bersamaan 17 Mac 1710 Masihi di Kampung Lok Gabang, Martapura, Banjarmasin. Bapanya Abdullah merupakan seorang pemuda yang dikasihi sultan (Sultan Hamidullah atau Tahmidullah bin Sultan Tahlilullah 1700‑1734M). Bapanya bukan asal orang Banjar, tetapi datang dari India, mengembara untuk menyebarkan dakwah. Beliau seorang ahli seni ukiran kayu.

Semasa ibunya hamil, kedua ibu bapanya sering berdoa agar dapat melahirkan anak yang alim dan zuhud. Setelah lahir, ibu bapanya mendidik dengan penuh kasih sayang setelah mendapat anak sulung yang dinanti‑nantikan ini. Beliau dididik dengan dendangan Asmaul‑­husna, di samping berdoa kepada Allah. Setelah itu diberi pendidikan Al‑Quran kepadanya. Kemudian barulah menyusul kelahiran adik-adiknya iaitu 'Abidin, Zainal Abidin, Nurmein, dan Nurul Amien.

Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari Semasa Kecil

Sejak kecil, Syeikh Muhammad Arsyad al‑Banjari kelihatan cergas dan cerdas serta mempunyai akhlak yang baik dan terpuji. Kehebatan beliau sejak kecil ialah dalam bidang seni lukis dan seni tulis, sehingga sesiapa sahaja yang melihat karyanya akan berasa kagum dan terpukau.

Pada suatu hari, sultan mengadakan kunjungan ke kampung‑kampung. Apabila baginda sultan sampai ke kampung Lok Gabang, baginda berkesempatan melihat hasil karya lukisan Muhammad Arsyad yang indah lagi memukau hati itu. Justeru, sultan berhajat untuk memelihara dan mendidik Muhammad Arsyad yang tatkala itu baru berusia 7 tahun.

Syeikh Muhammad Arsyad al‑Banjari mendapat pendidikan penuh di istana sehingga usianya mencapai 30 tahun. Kemudian, beliau dikahwinkan dengan seorang perempuan yang solehah bernama Tuan Bajut. Hasil perkahwinan, beliau memperoleh seorang puteri yang diberi nama Syarifah.

Syeikh Muhammad Arsyad telah meneruskan pengembaraan ilmunya di Makkah dan Madinah. Segala perbelanjaannya ditanggung oleh Sultan Tamjidillah (1745‑1778M) dan pengganti baginda Sultan Tahmidillah (1778‑1808M). Selama belajar di Makkah, Syeikh Muhammad Arsyad tinggal di sebuah rumah yang dibeli oleh Sultan Banjar yang terletak di kampung Samiyyah iaitu dikenali sebagai Barhat Banjar.


Syeikh Muhammad Arsyad AI‑Banjari Semasa Di Makkah Dan Madinah

Semasa di Makkah, Syeikh Muhammad Arsyad belajar dengan tekun di Masjidil Haram dalam pelbagai bidang ilmu. Beliau berguru dengan ulama'‑ulama' terkenal pada masa itu seperti Syeikh Ataillah Bin Ahmad al‑Misriy, Syeikh Muhammad Bin Sulaiman al‑Kurdiy, Syeikh Muhammad Bin Abd Karim al‑Qadiri, Syeikh Ahmad Bin Abd Mun'im al‑Damanhuri, Syeikh Hasan Bin Ahmad 'Akisy al‑Yamani, Sheikh Salim Bin Abdullah al­Basri, dan banyak lagi.

Sahabat‑sahabat Syeikh Muhammad Arsyad merupakan golongan pencinta kepada ilmu pengetahuan sehingga setiap perternuan yang merupakan majlis ilmu, mereka saling ber­muzakarah bersama‑sama. Antara sahabat beliau ialah: Syeikh Abdul Samad al‑Falimbani, Syeikh Abdul Rahman Mesri, Syeikh Daud bin Abdullah al‑Fatani, Syeikh Abdul Wahab Sadengreng (Bugis), dan Syeikh Muhammad Salih bin Umar al‑Samarani atau 'Semarang'.

Untuk menambah ilmu, Syeikh Muhammad Arsyad bersama sahabatnya ingin merantau pula ke Mesir. Namun, setelah bersiap untuk berangkat, mereka mendapat khabar bahawa ulama' besar Mesir iaitu Syeikh Muhammad Bin Sulaiman al­-Kurdie datang ke Madinah. Lantas beliau bersama sahabat pergi ke Madinah untuk berguru dengan syeikh tersebut.

Pulang Ke Tanah Air

Setelah berada selama 30 tahun di Makkah dan lima tahun di Madinah, Syeikh Muhammad Arsyad al‑Banjari pulang ke tanah air untuk menyebarkan Islam. Setibanya beliau ke kampung halaman, beliau membuka pusat‑pusat pengajian untuk memudahkan masyarakat Islam menimba ilmu pengetahuan. Selain itu, Syeikh Muhammad Arsyad turut membiasakan diri bersama orang kampong berkebun, bersawah, dan bertani.

Di samping aktif mengajar dan mendidik masyarakat Islam yang datang dari pelbagai pelosok daerah, beliau turut turun berdakwah ke segenap lapisan masyarakat yang terdiri daripada rakyat biasa hinggalah kepada golongan pembesar dan bangsawan.

Dalam menyampaikan dakwah, Syeikh Muhammad Arsyad menggunakan pelbagai kaedah pendekatan iaitu Dakwah bil Hal (dakwah yang menggunakan pendekatan contoh dan akhlak yang dipamerkan oleh beliau), Dakwah bil Lisan (dakwah dengan menggunakan pendekatan lidah iaitu mengajak dan menyeru) dan Dakwah bil Kitabah (dakwah dengan menggunakan pendekatan penulisan buku dan risalah).


Karya‑karya Syeikh Muhammad Arsyad AI‑Banjari

  1. Kitab Usuluddin ‑ Ditulis pada 1188H (1774 M), ditulis dalam bahasa Melayu, yang memuatkan masalah tauhid dan keimanan. Risalah ini belum pernah dicetak.

  1. Luqthatul 'AjIan fi Bayan Haid wa istihadhati wa nifas al‑Niswan ‑ Iaitu kitab yang mengupas mengenai masalah haid, istihadhah, dan nifas. Isi kitab ini terdiri daripada muqaddimah, 15 fasal, dan penutup. Dicetak pada tahun 1992 di Indonesia. Dalam kitab ini dinyatakan bahawa wajib hukumnya bagi perempuan belajar masalah haid, istihadhah, dan nifas. Jika suami orang berilmu, dia wajib mengajar isterinya; jika sebaliknya, dia wajib memberi keizinan kepada isterinya untuk belajar mengenainya.

  1. Kitab Tuhfat al‑Raghibin ‑ Ditulis pada 1188H (1774M). Pernah diterbitkan di Mesir pada 1353H. Kitab ini membincangkan masalah tauhid iaitu penjelasan tentang hakikat iman, perkara­-perkara yang boleh merosakkan iman, tanda seseorang menjadi murtad, dan sebagainya. Kitab ini terdiri daripada muqaddimah, tiga fasal, dan penutup.

  1. Kitab al‑Qawl al‑Mukhtasar fi 'Alamat al­Mahdi al‑Muntazar ‑ Kitab ini mula dikarang pada tahun 1196H. Mengandungi perbahasan tentang tanda‑tanda kiamat seperti Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi Isa, terbit matahari sebelah barat. Ditulis dalarn tulisan jawi dan pernah dicetak di Singapura tahun 1356H (1937M).

  1. Kitab Ilmu Falak ‑ Kitab ini ditulis dalam bahasa Arab. Penulisannya mernuatkan kaedah bila terjadinya gerhana matahari dan bulan. Walau bagaimanapun kitab ini belum sempat dicetak.

  1. Kitab al‑Nikah ‑ Kitab ini menerangkan tentang pengertian wali dan kaedah melaksanakan akad nikah berdasarkan apa yang telah diajar oleh Rasulullah s.a.w. Kitab ini pernah diterbitkan di Istanbul pada 1304H.

  1. Kitab Kanzul Ma'rifah ‑ Kitab ini berkaitan dengan ilmu tasawuf serta penjelasan mengenai hakikat mengenal diri untuk mencapai makrifat kepada Allah. Isi kandungannya ditulis dalam bahasa Melayu dan belum dicetak.

  1. Kitab Sabil al‑Muhtadin ‑ Inilah kitab beliau yang paling masyhur. Kemasyhuran kitab ini akhirnya menjadi khazanah di beberapa perpustakaan besar iaitu di Makkah, Mesir, Turki, dan Beirut. Kitab ini amat popular di Nusantara yang merangkumi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Kemboja, dan Brunei.

Karya Syeikh Muhammad Arsyad al‑Banjari yang paling terkenal ini merupakan kitab fiqh Melayu yang tersebar luas di seluruh alam Melayu. Terdapat di dalam dua jilid, jilid pertama mempunyai 252 halaman dan jilid kedua 272 halaman. Perbincangan dalam kitab ini meliputi persoalan ibadah yang menyentuh thaharah, solat, puasa, zakat, haji, akikah, korban, makanan yang halal dan haram serta sembelihan.

Kitab ini ditulis atas permintaan Sultan Tahmidillah Bin Sultan Tamjidillah. Penulisannya mengambil masa selama dua tahun iaitu dimulai pada 1193H/1779M dan selesai pada 27 Rabiul Akhir 1195H. Kitab ini pertama kali dicetak di Istanbul pada tahun 1300H/1882M kemudian diulang cetak di Kaherah dan Makkah.

Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari Meninggal Dunia

Beliau meninggal dunia pada malam Selasa iaitu di antara waktu Maghrib dan Isyak, pada 6 Syawal 1227 Hijrah bersamaan 13 Oktober 1812 Masihi. Beliau meninggal dunia pada usia 105 tahun dengan meninggalkan sumbangan yang besar terhadap masyarakat Islam di Nusantara.

Bagi mengenang jasa dan sumbangan beliau, beberapa tempat di Indonesia telah mengabadikan nama dan karya beliau. Antaranya ialah Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad al‑Banjari dan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.

UMRAH 2007 (28 MEI 2007 - 06 JUN 2007)

di airport ABU DHABI


Di Masjid Qubah, Madinah


di hotel, bersedia berangkat ke MAKKAH


JABAL RAHMAH




MASJIDILHARAM, MAKKAH.

SYAIKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI (PART TWO)

SYAIKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI

(RAHIMAHU’LLAH TA’ALA)*


Dalam Hubungan Dengan Akidah Ahlis-Sunnah wa al-Jamaah:


Dalam hubungan dengan pembelaan beliau ke atas akidah Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah, kita boleh perhatikan beliau melakukan penyaringan dan panduan yang sedemikian jelas dan strik dalam teksnya yang terkenal, iaitu Tuhfatu’r-Raghibin. Dalam hubungan dengan ini kita boleh perhatikan beberapa perkara yang pokok, sebagaimana yang ada dalam perenggan-perenggan berikutnya:


Ianya mengandungi huraian tentang:

Fasal pertama berkenaan dengan hakikat iman;

Fasal kedua berkenaan dengan perkara-perkara yang merosakkan iman;

Fasal ketiga berkenaan dengan syarat yang menimbulkan murtad dan hukum-hukum yang berkaitan; ianya setebal 28 halaman.

Berkenaan dengan hakikat keimanan barangkali tidak sangat diperlukan untuk memaparkannya. Pada penulis ini, yang perlu dipaparkan ialah fasal kedua dan ketiga, yang boleh dianggap sebagai aspek-aspek yang menyentuh pemurnian akidah dan oleh itu juga pegangan tasawwuf dan amalannya. Secara ringkasnya isinya ialah yang membinasakan iman, iaitu “riddah” atau kemurtadan iaitu:

  1. dengan perbuatan kufur

  1. perkataan kufur

  1. Itiqad kufur. Dengan sengaja, bersenda-senda, atau bantahan.

  1. Perbuatan kufur: sujud kepada makhkuk dengan meletak dahi ke bumi

  1. menghampirkan diri kepada makhluk dengan menyembelih kambing umpamanya

  1. membuang Quran atau kitab syara di tempat najis

  1. membuangnya ke tempat yang keji seperti hingus

  1. membuang fatwa ilmu syara ke bumi

  1. membuangnya dan berkata: fatwa ilmu apa ini?

  1. dengan perkataan serta Itiqad alam ini kadim atau roh kadim

  1. atau Allah baharu

  1. menafikan sifat Allah yang sabit dengan ijma

  1. menafikan ilmuNya tentang juziyyat

  1. mengisbatkan sifat yang ditolak oleh ijma

  1. mendustakan nabi

  1. mendustakan malaikat

  1. meringankan keduanya atau menyembah keduanya

  1. mendustakan satu aya daripada ayat-ayat Quran yang ijma ulama sabitnya.

  1. menambahi satu kalimah dalam Quran

  1. meringan-ringankan nabi

  1. meringan-ringankan sunnah nabi (seperti memperlinya)

  1. menghalalkan yang haram dengan ijma seperti zina , liwat dan minum arak

  1. mengharamkan yang halal dengan ijma seperti berjual beli

  1. menafikan yang wajib pada syara seperti sembahyang dan puasa Ramadan

  1. mewajibkan yang tidak wajib dengan ijma seperti menambahkan sembahyang jadi enam

  1. mendakwa menjadi nabi

  1. membenarkan orang mengaku nabi

  1. menuduh Siti Aisyah berzina

  1. mengatakan kafir kepada orang Islam tanpa tawil

  1. menghalalkan mengatakan kafir kepada orang Islam

  1. bercita-cita akan menjadi kafir, maka kafir waktu itu juga

  1. bercita-cita menjadi kafir dengan berlaku sesuatu

  1. syak adakah diri sendiri kafir atau tidak, maka jadi kafir waktu itu juga

  1. menyuruh orang islam masuk kafir

  1. mengisyaratkan kepada orang Islam supaya masuk kafir

  1. mengisyaratkan orang kafir yang hendak masuk Islam supaya ia kekal dalam kafir

  1. enggan mengajar kepada orang kafir yang hendak masuk islam

  1. meminta tangguh mengajar syahadah kepada orang yang hendak masuk Islam

  1. senda-sendakan nama Allah

  1. senda-sendakan suruhan atau tegahan Allah

  1. senda-sendakan janji Allah memberi pahala atau mengenakan seksa

  1. senda-sendakan nama Rasul

  1. berkata: kalau Tuhan suruh atau Rasul suruh aku taat aku tidak akan lakukan

  1. atau kata: kalau nabi datang aku tidak akan menerimanya

  1. berkata: kalau Allah jadikan kiblat pihak ini aku tidak akan berhadap sembahyang kepadanya

  1. kata: kalau Tuhan jadikan si anu itu nabi aku tidak akan terima.

  1. kata: kalau aku sakit Tuhan suruh aku sembahyang Tuhan zalim

  1. kalau orang teraniaya berkata: aku teraniaya ini takdir. Orang yang menganiaya berkata: aku yang buat bukan dengan takdir

  1. kata: kalau seorang nabi atau malaikat naik saksi aku tidak terima

  1. kata: aku tidak tahu nabi itu manusiakah atau jin

  1. kata: aku tak tahu apa iman itu, secara menghinakannya.

  1. mengecil-ngecil satu anggota nabi dengan menghinakannya

  1. mengecil-ngecilkan nama Allah

  1. berkata kepada orang yang berkata la haula wa la quwwata illa billah, itu tidak boleh menolong daripada lapar!

  1. Orang yang berkata kepada orang yang bang, dusta engkau!

  1. mengucap bismillah waktu minum arak dan berzina

  1. berkata: aku tidak takutkan kiamat dengan meringan-ringankannya.

  1. Berkata: sepinggan makanan tertentu lebih baik daripada ilmu.

  1. Berkata kepada orang yang berkata: aku pertaruh hartaku kepada Allah dengan kata-kata: engkau pertaruhkan hartamu kepada pihak yang tidak boleh menyekat pencuri daripada mencuri hartamu.

  1. Berkata: hai Tuhanku, matkkan olehmu akan daku, kalau engkau mahu aku Islam atau kafir.

  1. Berkata, bila binasa harta dan anaknya, hai Tuhanku apa yang Engkau hendak buat denga harta dan anakku itu?

  1. Orang yang mengajar kanak-kanak mengaji Quran berkata: kaum Yahudi terlebih baik daripada islam pada membayar hak guru.

  1. kalau ada orang kafir masuk Islam yang diberi zakat, orang lain berkata: kalau aku masuk kafir kemudian Islam aku boleh dapat zakat. Orang itu jatuh kafir.

  1. Menafikan Abu Bakar itu sahabat nabi

  1. Kalau seseorang berkata kepadanya engkau bukan orang islam, ia pun berkata aku bukan Islam.

  1. kalau orang menyerunya: Hai yahudi! Ia pun menjawab, jadi kafir

  1. berkata: nabi kita hitam atau bukan Quraisy.

  1. Berkata: pangkat nabi boleh hasil dengan usaha.

  1. berkata: aku mendapat wahyu daripada Allah.

  1. Berkata: aku sudah masuk syurga, makan buah-buahannya dan peluk bidadarinya.

  1. tidak menganggap kafir orang yang selain daripada beragama Islam.

  1. syak pada mengkafirkan mereka seperti Yahudi misalnya.

  1. atau menganggap sah mazhab mereka seperti yahudi.

  1. mengatakan umat Muhammad sesat

  1. mengatakan Sahabat Rasulullah kafir

  1. menafikan Quran ada mujizat yang melemahkan kuffar.

  1. mengatakan Mekah, Kabah, atau Masjidil Haram.

  1. Berkata: aku tidak tahu yang dikatakan Mekah itu Mekahkah atau tidak.

  1. Menafikan bahawa langit bumi menunjukkan dalil ada Allah.

  1. Berkata: adanya langit dan bumi tidak menunjukkan adanya Allah.

  1. menafikan bangkit manusia dari kubur.

  1. Ingkarkan syurga dan neraka atau hisab dan pahala juga azab.

  1. atau dibenarkan semuanya itu tetapi katanya itu bukan maksudnya yang sebenar.

  1. berkata: imam-imam itu lebih afdhal daripada nabi-nabi.

  1. menyerupakan orang jahat dengan zabaniyah atau Munkar Nakir secara menghinanya, jadi kafir.

  1. melebihkan wali atas nabi

  1. menyangka sifat rububiyah apabila zahir atas hamba terangkat taklif.

  1. mengaku melihat Allah dengan mata kepala dalam dunia.

  1. mengaku dirinya sama perkataan dengan Allah.

  1. berkata: Allah masuk dalam semua rupa yang baik-baik.

  1. Berkata: roh itu cahaya Allah, apabila berhubung yang cahaya berkata-kata keduanya.

  1. Beriktikad sifat dirinya dekat dengan sifat Allah.

  1. Beriktikad Allah memberi makan minum kepadanya tiada haram halal lagi.

  1. Mengaku sampai kepada Allah dengan jalan lain daripada ubudiyyah atau memperhambakan diri kepadaNya.

  1. mengaku dirinya sampai kepada maqam gugur hukum Syara baginya.

  1. Jadi bidaah orang yang berkata: Allah telah mengilhamkan kepadanya pekerjaan agama Islam tidak berkehendak lagi ianya kepada ilmu dan ulama;

  1. kalau beritikad Allah ilhamkan kepedanya pekerjaan agama lain daripada Islam jadi kafir;

  1. atau ia sampai menjadi nabi jadi kafir;

  1. kalau dikata kepada seseorang: engkau padaku seperti yahudi pada penglihatan Allah

  1. atau membaca Quran sambil memalu rebana;

  1. atau dikata orang baginya: adakah engkau ketahui yang ghaib, jawabnya: ya, bertanya aku tahu akan dia;

  1. atau ia kembali daripada musafir bila mendengar burung aqaq

  1. atau dikatanya: aku asyik akan Allah dan Allah asyik akan aku, maka jadi bidah fasik; tentang kafirnya ada khilaf.

  1. kalau mencita-cita jangan diharamkan zina, membunuh dan anyiaya, jadi kafir.

  1. kalau mencita-cita tidak diharamkan minum arak dan berkahwin dengan saudara, tidak kafir.

  1. kalau dikatakan bagi isterinya: engkau terlebih aku kasih dearipada Allah, atau

  1. berkata: ia Nasrani terlebih baik daripada majusi, bersalahan ulama tentang kufurnya.